Cinta Tanpa Akhir
Pagi pagi sekali aku bangun dari tempat tidurku yang dengan
wajah kusut dan mata masih berat untuk terbuka lebar, masih terasa kantuk sisa malam
ini. Kurenggangkan semua otot sarafku dengan menggeliat, dan berjalan gontai
mengenakan baju yang kusut dan celana pendek dan rambut yang acak acakan menuju
kamar mandi untuk membasuh muka dengan mata sipit ini.
Pagi hari telah kulalui dengan berbagi kegiatan seperti
biasanya, tak ada bedanya dengan hari kemarin.
Pagi ini aku mempunyai rencana untuk membuka laptopku yang
ada di meja tempat aku belajar dan bermalas malasan. Dalam laptopku aku
mempunyai banyak film yang baru aku dapat dari seorang temen dekatku, hampir semuanya
film itu bertemakan tentang cinta, film dari Negara, tapi aku lebih suka film
yang bertemakan cinta buatan Indonesia, karna film cinta buatan Indonesia tak
seberani menampilkan adegan seperti adegan di film barat.
Kucari cari film yang aku sukai, bahkan bisa di bilang lebih
dari suka aku menyukai film itu, sudah beberapa kali aku melihat film itu, tapi
aku tak pernah merasa bosan dengan film itu, fim yang sangat aku sukai itu
adalah “PERAHU KERTAS” yang di peran oleh Maudy ayunda, sosok perempuan yang
cantik dan smart yang sangat aku sukai, mulai dari film itu pula aku jatuh
cinta dengan seorang kugy ( maudy ayunda ).
Seakan aku hanyut dalam cerita film itu, aku duduk di depan
laptop kupasang sebuah sound dan kuputar volume suara sampai maksimal. Cerita film
itu masuk ke dalam hatiku, merasakan apa yang mereka rasakan dalam film
tersebut. Mataku dan telingaku hanya terpaku dalam cerita yang berjalan detik
demi detik tersebut.
Saat ini akupun masih melihat cerita fim tersebut… entah
sampai kapan aku bosan melihat film tersebut..
Perjuanganku dan kawanku
Jum’at 11 april 2014, Hari ini hari yang cukup melelahkan
bagiku, hari penuh dengan keringat yang menempel pada baju sekolah yang aku
kenakan, gengsi antara 2 kelas, kelasku kelas regular melawan kelas unggulan,
bagai laga “el clasico”. Bermain sepak bola di halaman belakang sekolah.
Aku dan kawanku semua berjalan dengan satu langkah pasti
untuk menerima tawaran dari lawan untuk bermain sepak bola di halaman belakang
untuk menghadapi mereka dan mendapatkan sebuah kemenangan, yang walaupun
kemenangan itu sepele, itu merupakan gengsi bagi kita semua.
Kita semua masuk bagaikan pemain professional dengan bermain
menggunakan taktik tiki taka yang sering di lakukan oleh punggawa dari tim Negara
spanyol siapa lagi kalau bukan Barcelona, meskipun begitu aku dan kawan kawan
masih tetap kewalahan menghadapi lawan. Permainan kami tak berkembang, dan kami
akhirnya menggunakan segala cara saat bermain.
Pemain yang bermain sili berganti satu persatu keluar masuk kelapangan
untuk bermain sepak bola. Meskipun matahari terik yang menambah keringat yang
bercucuran kami tak berhenti bermain.
Dengan raut wajah yang sedikit merah seperti menahan emosi
yang tetap terkontrol tetap bermain bola dengan sportifitas tinggi, permainan
terlihat sedikit loyo, tetapi itu tak berlangsung lama saat ketika terjadi
sebuah gol sebagai pelecut semangat yang membara.
Pada akhir pertandingan aku dan kawanku mendapat nilai seri,
yaitu dengan skor ! 11-11, dan gagal untuk mendapatkan kemenangan yang di kira
mudah untuk didapatkan. Dan kami semua memutuskan untuk nongkrong sebentar di
kantin untuk mengambalikan tenaga, dan kami langsung menuju kelas kita yang di
sambut oleh olokan anak anak di kelas karena baju yang penuh dengan keringat,
Benci Jadi Cinta
Hari menyenangkan saat bermain seperti anak anak kecil telah
kulewati sudah cukup lama, sekarang temanku hanyalah buku dan semacamnya, bukan
lagi dengan layangan, kelereng untuk bermain gundu, atau yang lain.
Aku saat keci lebih suka dengan permainan tradisional dari
pada bermain ps ( playstation ), bahkan masa kecilku aku nggak tau yang nama itu,
soalnya dulu yang punya playstation hanyalah oleh anak anak yang mempunyai
orang tua yang mampu.
Subscribe to:
Posts (Atom)